Bismillah...
Bangunan tempat Rafi dan teman-teman belajar hanya berukuran 4x3 meter. Dindingnya terbuat dari bambu, beratap seng, dan beralaskan pasir. Bahkan kursi dan mejanya yang terbuat dari bahan- bahan sisa masih belum selesai terpasang.
Ini kisah Rafi. Siswa kelas satu SD di Desa Loang, Kabupaten Sikka. Sebuah pulau terpencil yang berada di Kepulauan Flores, Nusa Tenggara Timur.
Di pulau ini, hanya ada satu sekolah tempat Rafi dan teman teman lainnya menuntut ilmu. Jarak tempuh dari pelabuhan kota Maumere kurang lebih 4-5 jam menggunakan kapal laut.
“Bila musim hujan tiba, Rafi dan kawan-kawannya basah kuyup kehujanan, karena atap sekolahnya bocor, air hujan masuk dari sela sela dinding bambu. Dan saat musim kemarau dan angin besar, suhu udara begitu panas, pasir terbawa angin mengenai wajah dan tubuh mereka.”
Rafi dan teman-teman harus berbagi kelas dengan kakak kelasnya, mengingat hanya ada 2 unit ruang kelas.
Apabila ruang kelas sedang dipakai murid kelas 4 dan 5, maka anak kelas 1 dan kelas 2 harus bersekolah sementara di teras-teras rumah warga, begitu pun sebaliknya.
Melihat kondisi ini, Rumah Qur'an Ash-Shalihin bersinergi dengan Kebukit Indonesia mengajak Orang Baik untuk bersama bersedekah dengan membangun sebuah bangunan sekolah.
Bangunan yang lebih nyaman, lebih aman lebih luas, sehingga mereka bisa lebih bersemangat mencari ilmu, mengejar cita-cita di masa depan.